MISTERI MAHLUK KERDIL BERUKURAN 7,2 CM


Di suatu kawasan Concepcion, Chilie. Sebuah keluarga yang sedang happy wiken disuatu taman pinggiran Cagar Alam Concepcion, mela-porkan telah menemukan sesosok makhluk kerdil aneh yang saat ini lebih ngetop dipanggil "Concepcion Creatures" dinegara asal penemuannya.

Makhluk mirip setengah manusia dan setengah alien ini hanya mempunyai panjang tubuh 7,2 centimeter saja.Dengan ciri-ciri perawakan, ukuran Kepala lebih besar daripada ukuran tubuhnya,memiliki 2 tangan dengan panjang hampir melebihi pinggangnya dengan jari-jari yang panjang ,serta memiliki dua kaki sama halnya dengan manusia. Untuk pertamakalinya, salah satu surat kabar Santiago mengangkat berita penemuan makhluk ini kepada khalayak umum.

Sebelumnya, para jurnalis telah mengumpulkan bukti-bukti yang ada dan mewawancarai salah satu kepala keluarga yang telah menemukan
makhluk tersebut. Menurut penuturan Rodrigo Ugarte dari Mega News
Santiago, "Concepcion Creatures" ditemukan oleh salah seorang anak remaja mereka diantara semak di taman pariwisata Concepcion.

Ketika ditemukan, makhluk kecil itu telah tergeletak ditanah, namun masih dalam keadaan hidup. Kemudian, si anak memungutnya dan membungkusnya dengan secarik kertas tisu.

Anak tersebut menuturkan kepada Rodrigo, selama dia membawanya pulang kerumah dan menyimpannya selama seminggu,makhluk tersebut bahkan sempat membuka matanya. Meskipun demikian,tepat dihari ketujuh ,makhluk tersebut tidak bergerak lagi,nampaknya dia telah mati.uniknya,setelah beberapa saat makhluk itu dinyatakan telah mati oleh si anak,tubuh-nya dengan cepatnya mengkerut dan mengering.hingga jasadnya saat ini lebih mirip mummi.

Beberapa ahli dari Universitas Chilie memberikan argumennya kepada beberapa media massa, kemungkinan makhluk tersebut adalah embrio hewan,mungkin embrio kucing atau sejenisnya. Akan tetapi, argumen tersebut bisa patah jika nantinya penelitian DNA menunjukkan hasil yang berbeda.

Julio Carreno, Si Remaja yang menemukan makhluk tersebut, mengisahkan bahwa setelah membawanya pulang kerumah,dia sempat memindahkan makhluk tersebut kedalam kotak Obat (P3K). Ketika memperlihatkan kepada para Journalis, betapa terkejutnya mereka melihat sesosok makhluk aneh yang jasadnya telah mengering berada didalam kotak yang telah dilapisi kapas sebagai alasnya. Julio menuturkan "Ia telah berubah warna setelah kami menemukannya. Warna tubuhnya menjadi kemerah-merahan.". Sekarang, jasadnya lebih mirip seperti sebuah cabai merah kering.
 
Saat ini, seluruh tubuhnya telah mengering,terlihat mirip mummi.mungkin jika telalu erat dan tidak hati-hati memengangnya, tubuhnya dapat hancur. Maka dari itu dia menyimpannya didalam sebuah kotak P3K yang terlebih dahulu dialasi oleh kapas.
 
Pada saat Julio menemukannya, makhluk tersebut memang benar-benar
masih hidup. Namun keadaanya mungkin sudah sekarat, tapi dia masih sempat membuka matanya. Tangan dan kakinya juga masih bisa
bergerak perlahan-lahan, mulutnya juga sempat mengeluarkan suara lirih.


Setelah mereka membawanya pulang ke Santiago,matanya juga masih bisa terbuka sesekali waktu. Tapi,setelah beberapa hari kemudian,makhluk tsb tidak membuka matanya sama sekali, tapi sesekali tangan dan kakinya juga masih bergerak. Baru pada hari keenam,makhluk tersebut benar-benar tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi.Namun anehnya,jika disentuh,tubuhnya masih terasa hangat. Jadi semestinya dia belum mati. Di hari ketujuh, ketika Julio berniat melihatnya kembali,seketika itu juga dia kaget,tubuh makhluk itu seakan-akan mengkerut dan mengering.Prosesnya sangat sangat cepat,dia juga sempat melihatnya prosesnya.

Ayah Julio, Henriquez Carreno,membantah beberapa isu yang telah tersebar di masyarakat, bahwa makhluk ini sebelumnya sempat sehat, bisa berdiri dan sempat berbicara kepada anggota keluarga adalah isu yang salah dan belum pernah terjadi.

Ia menegaskan, sejak ditemukan pertama kali oleh putranya, Makhluk tsb keadaannya sudah tidak berdaya lagi. Seakan-akan tinggal menunggu hari-hari kematiannnya. Belum sekalipun makhluk itu berdiri dan berjalan, ia terus-terusan saja berbaring didalam Kotak P3K yang telah ditempatkan oleh Putranya sampai ahirnya mati.

MISTERI WABAH MAUT HITAM

Black death adalah epidemik wabah penyakit PES dan radang paru-paru yang memporak-porandakan Eropa antara tahun 1347 dan 1351. Black death yang terjadi pada sekitar tahun 1300-an itu mungkin merupakan bencana terburuk yg pernah menimpa peradaban umat manusia di muka bumi ini. 

Menyebar keseluruh dunia, black death setidaknya telah membunuh kurang lebih 40 juta orang, termasuk diantaranya 25 juta orang di Eropa. faktanya, black death membunuh satu dari setiap empat orang Eropa hanya dalam waktu empat tahun. Penyakit ini mungkin berawal dari China, kemudian ditularkan pada orang-orang eropa ketika seorang Kipchak (Mongol) menyerbu sebuah keramaian dengan melemparkan jenazah yang terinfeksi ke tengah pusat perdagangan di Crimea. Kemudian wabah tsb mencapai Genoa pada 1347, lalu menyebar ke bagian barat dan utara, mencapai London dan Paris pada 1348.

Wabah tsb mungkin dibawa pertama kali oleh kutu tikus yang juga dapat hidup pada manusia. Hal itu kemudian berubah menjadi wabah penyakit radang paru- paru yang menyebar melalui batuk dan bersin. Setelah wabah black death ini, tanah lapang dipenuhi dengan mayat2, rumah-rumah, desa-desa dan perkotaan menjadi sunyi dan kosong. Setelah itu terjadilah kelangkaan tenaga kerja sehingga upah mereka meningkat dan banyak budak yang mendapatkan kemerdekaan mereka. Konon, ribuan kerangka manusia yang digunakan sebagai kontruksi dasar bangunan Evora Chapel di Portugal itu merupakan kerangka para korban keganasan wabah black death.

Giovanni Boccaccio, seorang penulis asal Italia hidup melalui wabah karena melanda kota Florence pada tahun 1348. Pengalaman ini mengilhaminya untuk menulis ‘The Decameron‘, kisah tujuh pria dan tiga wanita yang melarikan diri dari wabah penyakit dengan melarikan diri ke sebuah villa di luar kota. Cerita Giovanni sangat menggambarkan keadaan abad pertengahan di Eropa pada waktu itu.

Masing-masing warga menghindari warga yang lain, hampir tidak ada tetangga yang saling berhubungan, saudara tidak pernah menghubungi atau hampir tidak pernah mengunjungi satu sama lain. Wabah penyakit ini lebih buruk dan luar biasa hingga menyebabkan ayah dan ibu menolak untuk menjenguk anak-anak mereka yang terjangkit wabah, seolah-olah mereka tidak miliki anak.

Banyak pria dan wanita jatuh sakit, dibiarkan tanpa perawatan apapun kecuali dari rasa sosial teman (tapi hanya sedikit), meskipun banyak yang mencoba membayar dengan upah tinggi tapi tidak memiliki banyak kesempatan memperolehnya.

Nasib yang sangat menyedihkan menimpa kalangan kelas bawah dan sebagian besar kelas menengah. Kebanyakan dari mereka tetap tinggal di rumah, hidup dengan kemiskinan dan harapan keselamatan, ribuan orang jatuh sakit. Mereka tidak mendapatkan perawatan dan perhatian, hampir semua penderita wabah penyakit meninggal. Banyak yang mengakhiri hidup di jalan-jalan malam hari dan siang hari, meninggal di rumah-rumah mereka yang diketahui mati karena tetangga mencium bau mayat membusuk. Mereka yang lebih peduli tergerak oleh amal agama akan menyingkirkan mayat-mayat yang membusuk. Dengan bantuan porter, mereka membawa mayat (yang terkena wabah penyakit) keluar dari rumah dan meletakkannya di pintu.

PENEMUAN FOSIL DADU TERTUA DI DUNIA

Dadu merupakan yaitu kubus yang keenam sisinya di beri tanda berupa tiitk mulai dari satu hingga enam titik. Kalau diperhatikan, titik - titik di dua bidang yang berhadapan selalu berjumlah 7. Misalnya titik 1 berpasangan dengan titik 6, titik tiga berpasangan dengan titik 4, dan tiitk 2 berpasangan dengan titik 5. Itulah dadu yang menyimpan hukum probabilitas matematika.
Tim Arkeolog berhasil menemukan permainan dadu tertua di dunia berusia 5000 thn di   wilayah Burnt  City,  Iran. Menurut mereka, temuan baru tersebut sekaligus telah memecahkan rekor temuan permainan dadu tertua sebelumnya yang berhasil ditemukan di Wilayah Guangdong, China (2004).

Pada penggalian sebelumnya di reruntuhan peradaban Mesopotamia, permainan dadu juga sempat ditemukan, namun usianya jauh lebih muda 200 thn dari yang ini. Selain itu, sebuah kotak persegi panjang yang terbuat dari semacam kayu pirus ditemukan bersamaan dengan penemuan permainan dadu tersebut. 
Namun sayang, kotak yang disinyalir merupakan papan permainannya itu telah hancur terkikis, namun masih bisa sedikit diidentifikasi. Kira-kira terdapat 20 lubang kecil berjejer pada kotak tsb dengan hiasan ukiran ular ditiap sudutnya. 
Dari penemuan ini, Para Arkeolog dapat menarik kesimpulan, mungkin permainan dadu memang berasal dari daerah Mesopotamia, yang kemudian tersebar ke wilayah timur, terutama ke China dan Jepang.

MISTERI MASA LALU SUKU MAYA

Suku Maya kian populer terkait dengan kalendernya yang menyebut 21 Desember 2012 sebagai akhir dari siklus penanggalan atau kiamat. Kelompok yang mendiami semenanjung Yukatan, Amerika Tengah ini terus menjadi perhatian ilmuwan untuk meneliti tentang sejarah suku Maya kuno.

Kali ini, peneliti mencoba menyingkap rahasia suku Maya kuno dengan pendekatan ilmu pengetahuan tanah modern. Dilansir Eurekalert, Selasa (13/11/2012), setelah berkembangnya suku Maya sejak tahun 1000 sebelum masehi, suku ini menjadi masyarakat Pra-Columbus yang paling maju di Amerika. Mereka berkembang dan hidup di kota hutan yang dihuni puluhan ribu orang, seperti yang ada di Tikal National Park Guatemala.

Akan tetapi, sejak mencapai puncaknya antara 250 sampai 900 masehi, peradaban Maya mulai berkurang dan meninggalkan jejak misteri abadi bagi para ilmuwan. Untuk itulah, tim peneliti yang dipimpin Richard Terry dari Brigham Young University meneliti dan melaporkan temuannya dalam Soil Science of America Journal (SSSA-J).

Peneliti melakukan analisis pertanian pada tanaman jagung di tanah Tikal. Di wilayah Tikal ini, ilmuwan tidak heran untuk menemukan produksi jagung yang besar di daerah dataran rendah, yang kemungkinan erosi cenderung kecil serta cocok untuk komunitas yang diestimasi berjumlah 60 ribu orang.

Peneliti menemukan ada bukti erosi di lereng tanah bagian atas. Ini menunjukkan bahwa pertanian menyebar ke area yang curam. Apabila pertanian suku Maya ini menyebabkan erosi yang besar, maka hilangnya tanah akhirnya dapat melemahkan kemampuan suku Maya untuk menanam tanaman pangan.

Temuan ini merupakan informasi terbaru terkait artefak yang ada di tanah. Arkeolog mampu mempelajari peradaban suku Maya masa lalu. Karya seni dan bangunan dapat runtuh dari waktu ke waktu serta hutan pada akhirnya menyembunyikan ladang pertanian kuno.

Richard menjelaskan, misalnya, sebagian besar hutan vegetasi asli Tikal menggunakan jalur fotosintesis yang disebut C3, sementara jagung menggunakan jalur yang disebut C4. Maka, bahan organik tanah ini berasal dari dua jalur yang berbeda, yang memungkinkan peneliti membuat kesempulan tentang jenis-jenis tanaman yang tumbuh di tanah tersebut.



Dengan menganalisis tanah di berbagai wilayah Tikail serta melihat lapisan yang terbentuk di tanah, Richard dan rekannya mampu memetakan di mana daerah produksi jagung kuno. Praktek pertanian masa lalu ini selalu menarik bagi para arkeolog.

Richard mengungkapkan, penelitian ini justru menambah rasa ingin tahu yang besar pada peneliti terkait bagaimana suku Maya kuno mampu mempertahankan hidup mereka. Lalu, apakah perlakuan mereka terhadap tanah merupakan faktor di mana mereka mengalami kegagalan. "Alat-alat ini membuka kita untuk berpikir tentang dunia yang kita belum pikirkan sebelumnya. Kami telah mengubah paradigma di antara para arkeolog," pungkas Richard.

MISTERI HILANGNYA PERADABAN PRASEJARAH

Kalangan akademisi modern telah menemukan dalam perjalanan sejarah geologi pernah terjadi beberapa kali kepunahan, dan nyaris memusnahkan segala makhluk hidup. Banyak sekali pembuktian secara langsung tentang perubahan bencana bumi yang berkala. Dilihat dari bukti yang telah ditemukan, bahwa peradaban manusia prasejarah pernah mengalami kepunahan karena berbagai macam perubahan alam dan bencana, seperti gempa bumi, banjir, gunung berapi, tabrakan benda angkasa (termasuk meteorit dan komet), pergerakan naik turun lempeng daratan, perubahan cuaca yang tiba-tiba, dsb.

Sebagai contoh kasus, Atlantis pernah menjadi sebuah daratan yang memiliki peradaban tinggi manusia, namun tenggelam ke dasar lautan dalam sebuah bencana gempa bumi yang dahsyat pada 11.600 tahun silam. Hal itu membentuk sebuah zona di laut China selatan sekarang, laut di daerah ini sangat dangkal, kedalamannya rata-rata hanya 60 meter lebih. Hanya puncak gunung tertinggi di daratan waktu itu yang tersisa di atas permukaan laut, yaitu yang sekarang terletak di negeri kita, Indonesia.

Begitu pula di kedalaman 200 meter bawah laut pesisir pantai Peru, ilmuwan menemukan pilar batu yang dipahat dan bangunan yang mahabesar. Di dasar lautan Atlantik yang berada di sisi luar berhasil diambil 8 gambar dasar laut. Melalui gambar-gambar ini secara jelas tampak sebuah tembok benteng zaman purbakala dan undakan batu. Diperkirakan tenggelam pada 10.000 tahun silam. Di belahan barat perairan segitiga Bermuda juga ditemukan sebuah piramida raksasa yang diperkirakan berumur puluhan ribu tahun.

Dengan demikian, zaman Nabi Nuh juga tidaklah seprimitif yang selama ini kita bayangkan. Hakikatnya pada zaman itu semuanya sudah maju. Ilmu pengetahuan mereka sudah maju pada masa itu. Di kaki gunung Ararat itu saja, para peneliti dan ilmuwan Rusia telah menemukan lebih kurang 500 kesan artefak baterai elektrik purba yang digunakan untuk menyadurkan logam.

Jelas sekali, bahwa bekas peninggalan kota-kota yang pernah mewakili peradaban manusia prasejarah dan memiliki kecemerlangan ini tenggelam ke dasar lautan karena tenggelamnya daratan.

Banjir Dahsyat
Kurang lebih 12.000 tahun silam, peradaban manusia sebelum peradaban kita sekarang pernah mengalami suatu serangan banjir yang sangat dahsyat, dan banjir waktu itu juga mengakibatkan tenggelamnya daratan. Secara berturut-turut arkeolog menemukan sejumlah besar bukti yang secara langsung atau pun tidak mengenai banjir dahsyat yang terjadi waktu itu. Para antropolog juga menemukan bukti melalui penelitian pada suku bangsa yang berbeda di berbagai tempat di dunia tentang legenda asal-usul peradaban bangsa ini.

Legenda kuno dari bangsa yang berbeda di berbagai tempat di dunia secara fundamental melukiskan bahwa manusia pernah berkali-kali mengalami bencana dahsyat yang mematikan, bahkan begitu seragamnya menguraikan bahwa pada suatu periode prasejarah sebelum munculnya peradaban manusia sekarang ini, di atas bumi pernah terjadi suatu banjir dahsyat yang mengakibatkan punahnya seluruh peradaban manusia, dan hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempertahankan hidupnya.

Legenda mengenai banjir dahsyat yang sudah diketahui di dunia tercatat ada 6.000 lebih. Seperti misalnya, dalam legenda China dan Jepang, Malaysia, Laos, Thailand, India, Australia, Yunani, Mesir dan Afrika Selatan, Afrika Utara, penduduk asli Amerika Utara, setiap negara serta rumpun bangsa yang berbeda pasti menyimpan sebuah memori tentang peristiwa banjir dahsyat itu. Meskipun legenda-legenda ini terjadi pada setiap bangsa dan budaya yang berbeda, namun semuanya memiliki alur cerita dan tokoh tipikal yang sangat mirip.

Semua bukti dan gejala ini sama sekali tidak dapat diasumsikan sebagai suatu ketidaksengajaan atau pun suatu kebetulan. Proses yang berhubungan dengan banjir dahsyat ketika itu juga diuraikan dalam kitab suci. Meskipun kitab suci merupakan sebuah kitab agama, namun sejumlah besar ahli berpendapat, bahwa yang dilukiskan dalam kitab suci (Alkitab dan Al-Qur’an) adalah sejarah manusia yang sebenarnya.

Ikhtisar dalam Alkitab yang berhubungan dengan banjir dahsyat yang terjadi waktu itu menyebutkan, “Banjir meluap dan menggenang selama 40 malam, air pasang menuju atas, perahu mengambang dari atas permukaan bumi”: “Arus air meluap dahsyat di atas permukaan bumi, seluruh pegunungan tergenang oleh air pasang”: “5 bulan kemudian, perahu berhenti di atas gunung Ararat; dan setelah 4 bulan berlalu, ketika daratan sudah kering, Nabi Nuh meninggalkan perahunya.”

Waktu itu banjir dahsyat sekaligus disertai dengan perubahan daratan dan secara total menghancurkan seluruh peradaban manusia di bumi, hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempertahankan hidupnya. Sejumlah besar bekas peninggalan prasejarah yang belakangan ini ditemukan arkeolog, seperti misalnya, daratan Atlantis, budaya Yunani, bangunan di dasar laut dan lain sebagainya kemungkinan besar tenggelam karena banjir dahsyat waktu itu. Ada yang memperkirakan banjir dahsyat itu terjadi 5.000 tahun yang lalu, mengikuti perkiraan ahli anstronomi, perahu Nabi Nuh mulai dibuat pada 2465 SM dan hujan mulai turun pada 2345 SM.

Setelah perahu Nabi Nuh mendarat di gunung Ararat, dimulailah kehidupan baru manusia. Mereka yang selamat mulai menyebar. Begitu pula binatang-binatang. Biji-biji tanaman kembali disemaikan. Karena dianggap melahirkan generasi baru manusia setelah Nabi Adam, Nabi Nuh mendapat gelar The Second Father of Human Being –Bapak Manusia Kedua. Oleh generasi inilah, kebudayaan dan peradaban manusia dikembangkan. Selain di kawasan Ararat, juga di Mesopotamia yang ribuan tahun kemudian menjadi pusat kejayaan Babilonia. 


Akibat Gletser yang Mencair

Sekelompok peneliti underwater surveyors yang diketuai oleh Dr. Robert Ballard, yang juga telah menemukan Titanic, telah menemukan sebuah bangunan lama berusia kira-kira 7.500 tahun di dasar Laut Hitam, dekat pantai Turki. Mereka telah menemukan struktur bangunan dari batu dan kayu di kedalaman beberapa ratus kaki. Penemuan mereka menjadi bukti dari kejadian banjir besar di zaman Nabi Nuh seperti diceritakan di dalam Alkitab dan Al-Qur’an.

Para ilmuwan mempercayai bahwa penemuan tersebut membuktikan keberadaan sebuah kawasan yang telah tenggelam yang disebabkan oleh banjir besar yang melanda sekitar 5000 SM. Menurut teori mereka, banjir besar tersebut disebabkan oleh adanya pencairan gletser dari tanah tinggi di Eropa. “Ini merupakan penemuan yang sangat menakjubkan,” kata Dr. Ballard di dalam rancangan National Geographic Society bertajuk “Research Ship Northern Horizon”.

Ballard menerangkan bagaimana sebuah robot bawah air meninjau 300 kaki di bawah permukaan air, telah menemukan kawasan segi-empat berukuran 12 x 45 kaki persegi, di mana terdapat sebuah struktur dari kayu dan tanah liat yang telah runtuh. “Beberapa artefak yang ditemukan di sana tersimpan rapi yang terdiri dari kayu berukir, beberapa cabang kayu dan peralatan dari batu yang telah runtuh dan diselimuti lumpur,” imbuh Ballard.

Dr. Ballard dan timnya mengawali penelitian di kawasan tersebut setelah dua kapal selam pakar geologi dari Universitas Colombia di New York menyatakan bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh banjir besar ribuan tahun sebelumnya. Mereka meramalkan apabila zaman es berakhir 12.000 tahun yang lalu, maka gletser mulai mencair.

Kawasan timur Mediterania yang terputus dari Laut Hitam telah menyebabkan Laut Hitam tidak tenggelam oleh air walaupun permukaan air laut yang lain telah naik. Hal ini menyebabkan pada sekitar 7.000 tahun yang lalu, genangan awal di Bosphorus telah pecah menyebabkan air di Laut Mediterania melimpah ke timur menjadi Laut Hitam yang memang terputus dari laut-laut yang lain. Kekuatan limpahan air tersebut diperkirakan 10.000 kali daripada air terjun Niagara. Banjir besar tersebut menyebabkan kawasan daratan yang sangat luas berubah menjadi dasar laut”.

MISTERI PERANG SAMPIT

Peristiwa Sampit ini menjadi sebuah kota yang digambarkan begitu menakutkan karena pertikaian etnis. Masyarakat Dayak adalah masyarakat tradisional yang memegang teguh harkat dan harga diri.Sejak "peradaban" masuk ke dalam kehidupan mereka, budaya "kekerasan"yang dahulu secara turun-temurun mulai ditinggalkan. Gambaran kasar tentang orang dayak secara umum, Orang Dayak adalah masyarakat tradisional dan mempunyai sifat pemalu terhadap pendatang.Namun, masyarakat Dayak mempunyai sistem kekerabatan dan persatuan yang kuat antar masyarakat Dayak di seluruh pulau Kalimantan (termasuk Dayak di wilayah Malaysia).

Banyak sebab yang membuat mereka seakan melupakan asazi manusia, baik sebab langsung maupun tidak langsung.Masyarakat Dayak di Sampit seperti selalu "terdesak" dan selalu mengalah dan memang mereka lebih suka memilih mengalah.Dari kasus pelarangan menambang intan di atas "tanah adat" mereka sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan, sampai kampung mereka harus berkali-kali berpindah karena harus mengalah dari para penebang kayu yang terus mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus tersebut. Tidak sedikit kasus pembunuhan orang dayak (sebagian besar disebabkan oleh aksi premanisme Dayak-Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena tersangka (kebetulan orang Madura) tidak bisa ditangkap oleh aparat yang penegak hukum.

Dalam keseharian Masyarakat Dayak, kehidupan mereka ternyata jauh dari anggapan kita yang mengira bahwa mereka itu beringas. Mereka ternyata sangat pemalu, menerima para pendatang, dan tetap menjaga keutuhan masyarakatnya baik religi dan ritual mereka. Mereka tidak pernah mengganggu para penebang kayu yang mendesak mereka untuk terus mengalah. Mereka tidak pernah menentang anggota masyarakatnya yang ingin masuk agama yang dibawa oleh orang-orang pendatang.

Mereka dengan ringan-tangan membantu masyarakat sekitarnya. Mereka tidak pernah membawa mandau, sumpit, ataupun panah ke dalam kota Sampit untuk "petantang-petenteng".Etnis madura yang juga punya latar belakang budaya "kekerasan" ternyata menurut masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat mereka sebagai"pendatang"). Sering terjadi kasus pelanggaran "tanah larangan" orang Dayak oleh penebang kayu yang kebetulan didominasi oleh orang Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu "perang antar etnis Dayak-Madura".

Dayak dikenal berilmu tinggi hingga bisa membedakan suku Madura dengan suku-suku lainnya, yang jelas suku-suku lainnya luput dari "serangan beringas" orang Dayak. Banyak yang mengaitkan peristiwa-peristiwa aneh selama "perang" tersebut dengan kepercayaan animisme Dayak (Kaharingan). Banyak bukan saja masyarakat dayak Sampit yang berada di sana, tetapi juga ada 5 suku besar Dayak lainnya dari beberapa propinsi di pulau Kalimantan . Bayangkan, masyarakat Dayak yang sebelumnya bukan masyarakat mayoritas di sana, saat terjadi "perang" jumlah mereka berlipat ganda.

Pengungsian besar-besaran masyarakat suku lain (selain Dayak dan Madura) hanya dikarenakan rasa ngeri melihat "perang" dan lumpuhnya perekonomian Sampit.(Dayak) tidak menyerang orang (madura) yang sempat bersembunyi di dalam Masjid atau Gereja.meski pada intinya suku Madura seperti sangat merasa berkuasa di sana..dan sempat ingin mengganti nama menjadi Sampang 2 (salah satu kota besar di Madura)

Seorang pemuda bersenjata mandau duduk tepekur di trotoar jalan, di Depan Hotel Putra Sampit, Kotawaringain Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng). Mandau di tangannya masih meneteskan darah. Matanya tampak berkaca-kaca, dan sesekali ia sesenggukan. Ahmad, pemuda beretnis

Banjar yang kebetulan rumahnya dekat dengan trotoar jalan itu, memberanikan diri menghampiri.Ahmad bertanya dalam bahasa Melayu, ternyata pemuda yang sedang menangis itu tidak mengerti. Ia tak lain adalah warga Dayak pedalaman. Lalu, terjadilah dialog dalam bahasa daerah. "Kenapa Anda menangis," tanya Ahmad. "Bagaimana tidak, saya telah melakukan pembunuhan," jawab pemuda Dayak itu. Pemuda Dayak itu lantas nyerocos, kalau mengingat pembunuhan yang dilakukannya, ia merasa kasihan pada warga Madura.

Tapi jika mengingat kelakuan etnis asal pulau garam itu, akunya, rasa kasihannya menjadi hilang.Pemuda itu hanyalah salah satu dari ratusan pemuda Dayak yang melakukan penyerangan ke Sampit. Menurut budayawan Dayak Kalteng,Gimong Awan, memang banyak di antara warga Dayak yang mengikuti'peperangan' itu adalah pemuda berusia di bawah 30 tahun. Penyesalan setelah membunuh itu muncul, duga Gimong, karena telah habisnya pengaruh 'isian' yang dilakukan oleh orang sakti Suku Dayak

Seperti disaksikan oleh banyak warga Sampit, sebelum melakukanpenyerangan, beberapa subsuku Dayak memang malakukan ritual. WargaDayak yang ikut ritual itu setelah diisi, kulitnya dicoba disayat satu per satu. Apabila ada yang luka, berarti ia tidak berbakat untuk mendapatkan 'kekebalan'. Bagi yang digores tidak berdarah, maka ia lulus sebagai inti dari pasukan perang Dayak."Isian itu dilakukan seperti di Pencak Silat semacam Satria Nusantara," ujarnya. Selepas 'isian' habis, tambahnya, mungkin mereka baru menyadari bahwa pembunuhan yang dilakukannya itu dilarang oleh agama yang mereka anut.

Tapi, apa yang membuat suku Dayak di Kalteng begitu kalap dalam menghadapi warga Madura? Hampir semua warga dan tokoh Dayak yang ditemui Republika menunjuk perilaku kebanyakan etnis Madura sebagai penyebabnya. H Charles Badarudin, seorang tokoh Dayak di Palangkaraya menceritakan kelakuan warga Madura banyak yang tidak mencerminkan peribahasa "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Ia mencontohkan salah satunya dalam soal tanah.

Banyak warga Madura yang baru datang ke Kalteng meminjam tanah kepada warga Dayak. Di atas tanah itu kemudian dibangun rumah, atau kadang ditanami sayur mayur. Status tanah itu sebenarnya tetap pinjaman,warga Dayak tak menarik sewa. Setelah beberapa tahun, tanah itu pun diminta karena suatu keperluan. Tapi, bukan tanah yang dikembalikan,namun celurit yang justru dikeluarkan. "Ketika ditunjukkan surat kepemilikan tanah, orang Madura bilang, kamu punya suratnya, saya punya tanahnya," ujar Charles, yang mengaku kemenakan pahlawan Kalteng, Tjilik Riwut.Kasus seperti itu dinilai warga Dayak terlalu sering terjadi.

Bukan hanya itu, tak jarang terjadi pembunuhan yang dilakukan warga Madura,namun aparat hanya menangkap sebentar kemudian melepasnya. 'Kenakalan'semacam itu tidak hanya terjadi di perkotaan. Sebagai pendatang, warga Madura juga berani masuk ke daerah pedalaman, seperti wilayah pertambangan. "Ada untungnya orang Madura mengungsi. Saya jadi aman dari perampokan," tutur Surti, pendatang dari Jawa yang tinggal didaerah pertambangan bersama suaminya.Di bidang ekonomi, warga Madura pun menguasai hampir semua sektor.Warga lokal hampir selalu kalah bersaing dalam memperebutkan lahan usaha. Di pelabuhan misalnya, sulit bagi etnis lain untuk menjadi buruh kasar sekalipun, tanpa restu orang Madura.

Konon, yang masuk kelahan mereka tanpa restu, bisa dibunuh.Dominasi di bidang ekonomi itu tampak jelas, karena setelah orang Madura dipaksa mengungsi, warga Sampit dan Palangkaraya kesulitan mencari sembilan kebutuhan pokok (sembako). Pasalnya, tak ada lagi pedagang eceran, karena semuanya mengungsi.Akumulasi permasalahan itu menjadikan warga Dayak sakit hati.Kejadian, 18 Februari 2001 hanyalah pemicu terjadinya perang besar-besaran. Pada hari itu terjadi pembunuhan terhadap empat orang keluarga Matayo di Sampit. Itu membuat marah warga Madura. Mereka mencari pembunuhnya yang diduga bersembunyi di rumah Timil, seorang warga Dayak. Mereka mengepung rumah keluarga Timil itu. Dalam situasi panas itu, apalagi warga Dayak dari rumah Timil keluar juga memegang mandau, aparat kepolisian datang. Mereka kemudian menangkap 38 tersangka dari suku Dayak yang diduga melakukan pembunuhan terhadap keluarga Matayo.Puas? Ternyata belum.

Warga Madura tetap melampiaskan kemarahannya.Mereka mendatangi rumah Sengan, warga Dayak yang masih ada hubungan darah dengan Timil. Mereka bahkan membakar rumah itu. Naas bagi Timil.Dia bersama anak dan cucunya tewas terpanggang. Kemarahan warga Madura belum berhenti. Hari itu, mereka setidaknya melakukan pembakaran terhadap 14 rumah dan 10 kendaraan bermotor. Sampai esok harinya>(19/02), warga Madura menguasai kota Sampit. Mereka memburu warga Dayak. Mereka keliling kota dengan membawa clurit, baik dengan jalan kaki maupun memakai kendaraan bermotor. Ada beberapa spanduk yang dipasang, di antaranya "Sampit, kota Sampang II".Tiga orang Dayak tewas dalam insiden ini. Pengungsian warga Dayak,Jawa, Banjar, dan Tionghoa mulai terjadi. Rumah jabatan bupati Kotawaringin Timur mulai dipadati pengungsi. Ribuan orang mengungsi ke Jawa dengan KM Binaiya. Entah siapa yang mengontak, mulai 20 Februari 2001, warga Dayak dari luar kota Sampit, termasuk dari pedalaman,menyerbu Sampit.
 
Pertempuran sengit pun terjadi. Warga Madura keteter.Warga Dayak membakar dan merusak rumah warga Madura. Penghuninya pun diburu. Pemenggalan kepala mulai banyak terjadi. Warga Dayak ganti menguasai kota.Esoknya (21/2), perburuan Dayak masih terjadi. Malah wilayah pencarian kian meluas, keluar dari kota Sampit. Sementara perlawanan warga keturunan Madura kian melemah. Mereka lebih memilih mengungsi, atau lari ke hutan. Kantor Pemda setempat menjadi pilihan pengungsian yang dipandang paling aman. Hari-hari berikutnya, langkah 'pembersihan'masih terjadi. Baru pada Rabu (28/2) situasi berangsur tenang, meski tetap saja ada aksi pembakaran di sana sini. Pun, jejak kerusuhan berupa mayat --sebagian besar tanpa kepala-- masih berserakan disungai-sungai. Bau anyir mayat menyengat hidung.

Warga Sampit meyakini korban tewas tanpa kepala mencapai lebih dari 1.000 orang. Dalam budaya Dayak memang dikenal istilah ngayau,eksekusi dengan memenggal kepala lawan. "Budaya itu sebenarnya telah dihentikan dengan adanya perjanjian Tumbang Anoy (letaknya kira-kira 300 KM timur Palangkaraya) pada 1884," ungkap Gimong.Dalam sejarah Dayak pun, kata dia, jarang sekali ada ngayau yang mencapai angka ratusan atau bahkan ribuan. Tapi, ujar Gimong, pernah ada satu ngayau besar-besaran sebelum peradaban Islam menyentuh Kalimantan. "Kejadian itu disebut Asang Paking Pakang," tuturnya.Dalam kejadian itu, warga Dayak di hulu sungai-sungai besar menyerang secara besar-besaran warga Dayak di hilir sungai. "Beribu-ribu pasukan Dayak hulu, seperti tikus, melakukan penyerangan," kisah Gimong."Dayak hulu merasa kelakuan Dayak hilir sudah keterlaluan.

Mereka sakit hati karena banyak anggota kelompok mereka yang dikayau."Dalam penyerangan itu, tak peduli anak-anak atau perempuan, di- kayau.Asang memang berarti pembunuhan berskala besar. Ketemu perahu,dihancurkan. Dapat ternak juga di sikat. Bahkan, dapat kuburan pun mereka bongkar dan hancurkan. Melihat pola dan jumlah korban dalam tragedi terakhir di Sampit, Gimong menilai mirip dengan Asang Paking Pakang. "Tragedi Sampit adalah Asang Paking Pakang jilid dua,"katanya. Tapi, dalam pandangannya, kejadian itu adalah kemunduran 100 tahun bagi suku Dayak.

DASAR PENYEBAB PERANG

Tahun 1972 di Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa, terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan perdamaian menurut hukum adat.

Tahun 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak, pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum tidak ada.

Tahun 1983, di Kecamatan Bukit Batu, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh (perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang madura). Terhadap pembunuhan atas warga Kasongan bernama Pulai yang beragama Kaharingan tersebut, oleh tokoh suku Dayak dan Madura diadakan perdamaian: dilakukan peniwahan Pulai itu dibebankan kepada pelaku pembunuhan, yang kemudian diadakan perdamaian ditanda tangani oleh ke dua belah pihak, isinya antara lain menyatakan apabila orang Madura mengulangi perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.

Tahun 1996, di Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura, ternyata hukumannya sangat ringan.

Tahun 1997, di Desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati semua, tindakan hukum terhadap orang

Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang berhasil dikalahkan semuanya.

Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura yang ?tukang jualan sate?. Si belia Dayak mati secara mengenaskan, ditubuhnya terdapat lebih dari 30 (tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda itu tidak tahu menahu persoalannya, sedangkan para anak muda yang bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur ?.Yang tidak dapat dikejar oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di tempat kejadian.

Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang Madura, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan korbannya meninggal, tidak ada penyelesaian secara hukum.

Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum) dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka Raya, namun besok harinya datang sekelompok suku Madura menuntuttemannya tersebut dibebaskan tanpa tuntutan; ternyata pihak Polresta Palangka Raya membebaskannya tanpa tuntutan hukum;

Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang suku Madura --- masalah sengketa tanah ---; 2 (dua) orang Dayak dalam perkelahian tidak seimbang itu mati semua, sedangkan pembunuh lolos, malah orang Jawa yang bersaksi dihukum 1,5 tahun karena dianggap membuat kesaksian fitnah terhadap pelaku pembunuhan yang melarikan diri itu.

Tahun 1999, di Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura, gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku Dayak menambang emas. Perkelahian itu banyak menimbulkan korban pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.

Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-isteri bernama IBA oleh 3 (tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, biaya operasi /perawatan ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para pembacok / pelaku tidak ditangkap, katanya? sudah pulang ke pulau Madura sana!. (Tiga orang Madura memasuki rumah keluarga IBA dengan dalih minta diberi minuman air putih, karena katanya mereka haus, sewaktu IBA menuangkan air di gelas, mereka

membacoknya, isteri IBA mau membela, juga di tikam. Tindakan itu dilakukan mereka menurut cerita mau membalas dendam, tapi salah alamat).

Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa penyelesaian hukum. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 (satu) orang suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku Madura di depan gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses hukum.

Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur / lari, tidak tertangkap, karena lagi-lagi ?katanya? sudah lari ke Pulau Madura, proses hukum tidak ada karena pihak berwenang tampaknya?belum mampu? menyelesaikannya (tidak tuntas).

Tahun 2001, di Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh / dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.

Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga Dayak terbunuh / mati diserang oleh suku Madura. Belum terhitung masalah warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan

Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan damai dengan Suku Lainnya di Kalimantan Tengah, kecuali dengan Suku Madura. Lanjutan kerusuhan tersebut adalah peristiwa Sampit yang mencekam itu.

KRONOLOGIS

1. Tanggal 18 Februari 2001.
a. Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan terjadinya perkelahian antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak di Jalan Padat Karya, yang mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari Suku Madura.

b. Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua) buah rumah yang dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1 (satu) buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya dari Suku Dayak.

c. Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB

d. Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam senjata tajam sebanyak 62 buah.

e Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.

2. Tanggal 19 Februari 2001
a. Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku Madura di Jalan Suwikto, Sampit.

b. Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.

c. Pkl. 17.00 WIB diadakan sweeping oleh Petugas aparat keamanan terhadap kelompok Suku Madura dan kelompok Suku Dayak di Sampit.

d. Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan diamankan di Polres Kotim.

e. Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.

f. Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom molotov.

3. Tanggal 20 Februari 2001.
a Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP, KAPOLDA dan Wakil Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin Timur dengan tokoh masyarakat di Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan Tokoh Masyarakat

Sampit) untuk mengupayakan penghentian pertikaian dan dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan mengadakan dialog dengan warga yang bertikai.

b. Warga yang ketakutan karena kerusuhan dan sweeping disertai pembakaran rumah yang dilakukan oleh Suku Madura terhadap Suku Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya Sampit, Gedung DPRD Kotawaringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati Kotawaringin Timur sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura dan sebagian warga non Madura mengungsi ke Palangka Raya.

c. Terjadi perkelahian dan kerusuhan massal terbuka antara Suku Madura dan Suku Dayak yang datang membantu dari pedalaman.

4. Tanggal 21 Februari 2001.
a. Pkl. 09.00 WIB di Sampit diadakan pertemuan Wakil Gubernur, DANREM 102 / PP dan KAPOLDA Kalimantan Tengah dengan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin Timur.

b. Pkl. 09.00 WIB di Palangka Raya ada Unjuk Rasa oleh masyarakat Suku Dayak, Suku Jawa, Suku Batak dan masyarakat lainnya ke DPRD Propinsi Kalimantan Tengah menyampaikan tuntutan sebagaimana pada Lampiran 07.

c. Pkl. 12.15 WIB para pengunjuk rasa menuju MAPOLDA Kalimantan Tengah untuk menjemput 38 tahanan yang diminta penangguhan penahanannya.

5. Tanggal 22 Februari 2001.
a. Pkl. 08.00 WIB diadakan Rapat Satkorlak PB di ruang kerja Wakil Gubernur Kalimatan Tengah untuk mengantisipasi menanggulangi kerusuhan di Sampit.

b. Pkl. 08.30 WIB berangkat ke Jakarta rombongan dari LMMDDKT sebanyak 3 orang didampingi oleh KAJATI Kalimantan Tengah, Ketua Pengadilan Tinggi Kalimantan Tengah, Ketua DPRD Propinsi Kalimantan Tengah dan Kepala Direktorat Sosial Politik Propinsi Kalimantan Tengah menghadap KAPOLRI untuk menyampaikan usul supaya KAPOLDA Kalimantan Tengah diganti.

c. Pkl. 10.30 WIB Wakil Gubernur Kalteng menghubungi Wakil Gubernur Jawa Timur per telepon untuk koordinasi dalam rangka penanganan evakuasi pengungsi ke Surabaya.

d. Ditemukan 14 buah Bom Rakitan di rumah Suku Madura di Sampit.

e.Menghubungi Dirjen Perhubungan Laut untuk koordinasi angkutan Kapal dan merubah rute pelayaran Kapal Pelni yang ke Kumai untuk membawa pengungsi dari Sampit ke Surabaya.

6. Tanggal 23 Februari 2001.
a. Pkl. 08.30 WIB Tim Investigasi MABES POLRI berangkat ke Palangka Raya dibawah Pimpinan Brigjen Pol. MUJI HARTAJI beserta 2 anggota untuk mengadakan pengecekan di lapangan.

b. Pkl. 15.00 WIB diadakan Rapat Satkorlak PB Kalimantan Tengah untuk membahas bantuan Kapal, membentuk Tim Sukarelawan untuk dikirim ke Sampit untuk membentuk dan memperkuat Satlak PB di Sampit.

c. Melakukan evakuasi pengungsi Suku Madura dari Kuala Pembuang ke Gresik sebanyak 205 orang dengan KLM Bintang Selatan dan sebanyak 1.027 orang dengan KM Anugrah Samudra.

7.Tanggal 24 Februari 2001.
a.Ditemukan 4 (empat) mayat Suku Madura di Sampit.

b.Ditemukan 6 (enam) bahan peledak bom rakitan di Komplek IKAMA Palangka Raya.

c.Pkl. 10.00 WIB melakukan evakuasi Suku Madura sebanyak 2.100 orang dari Sampit ke Surabaya dengan KRI Teluk Sampit

d. Pkl. 23.45 WIB melakukan Evakuasi Suku Madura sebanyak 3.000 orang dengan KRI Teluk Ende.

8. Tanggal 25 Februari 2001.
a. Pkl. 09.30 WIB melakukan Evakuasi pengungsi dari Kumai ke Semarang sebanyak 2.139 orang dengan KM Leuser.

b.Pkl. 11.30 WIB Menkopolsoskam beserta rombongan tiba di Palangka Raya dan langsung meninjau lokasikerusuhan di Kota Sampit dan Kota Palangka Raya.

c. Pkl. 18.30 WIB kerusuhan dari Sampit meluas ke Kota Palangka Raya, mulai terjadi pembakaran rumah-rumah Suku Madura sebanyak 20 buah oleh warga masyarakat non Madura yang datang dari berbagai tempat di pedalaman.

9. Tanggal 26 Februari 2001.
a.Satkorlak Pengendalian Bencana (PB) Kalteng menerima bantuan dari Depkes dan Kessos, Dinas PU Kalimantan Tengah, Bakornas Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (PBP) PMI Pusat lihat Lampiran 06.

b.Terjadi pembakaran 3 (tiga) buah rumah Suku Madura di Kota Palangka Raya oleh masyarakat setempat non Madura.

10. Tanggal 27 Februari 2001.
a. Pukul 08.30 WIB tiba di Palangka Raya Tim KOMNAS HAM Pusat di bawah Pimpinan Sdr. Bambang W. Suharto.

b.Pukul 07.38 WIB tiba di Palangka Raya rombongan PMI Pusat di bawah pimpinan Sdr. Mar'ie Muhammad beserta rombongan dengan membawa bahan makanan dan obat-obatan.

c. Meninggal dunia sebanyak 7 orang terdiri dari 5 (lima) orang Suku Madura dan 2 (dua) orang yang tidak diketahui identitas Sukunya akibat kerusuhan di kota Palangka Raya.

d.Evakuasi Suku Madura sebanyak 2.269 orang dari Pegatan Mendawai Kotawaringin Timur ke Banjarmasin dengan Speed Boat.

e.Rombongan petugas Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB sebanyak 4 (empat) orang tiba di palangka Raya meminta informasi berkenaan jumlah pengungsi dan penangananya serta upaya penanggulangan kerusuhan.

f.Pukul 13.45 WIB di Sampit terjadi kesalah-pahaman antara aparat keamanan di Pelabuhan Sampit sehingga menimbulkan korban dari POLRI 3 orang luka tembak, dari TNI-AD 1 (satu) orang meninggal dunia dan dua orang luka tembak. Kerugian material 1 (satu) buah Jeep PM, 1 (satu) buah Suzuki Vitara dan 6 (enam) buah truk TNI-AD rusak berat.

11. Tanggal 28 Februari 2001.
a.Jumlah pengungsi yang dievakuasi dengan Kapal Laut secara keseluruhan sejak tanggal 18 Pebruari 2001 sebanyak 57.492 (lima puluh tujuh ribu empat ratus sembilan puluh dua) orang dengan perincian pada Lampiran 02.

b.Terjadi kebakaran di Pasar Sampit, Jalan Iskandar pada pukul 18.45 WIB. Besarnya kerugian belum bisa dihitung dan akan dilaporkan kemudian.

c.Jumlah korban sejak tanggal 18 Pebruari 2001 terdiri dari korban jiwa sebanyak 383 (tiga ratus delapan puluh tiga) orang dan luka-luka sebanyak 38 (tiga puluh delapan orang). Korban materil berupa rumah terbakar sebanyak 793 (tujuh ratus sembilan puluh tiga buah) dan rumah yang rusak sebanyak 48(empat puluh delapan). Kendaraan roda empat dan roda dua sebanyak 13 (tiga belas) buah, serta Becak sebanyak 206 (dua ratus enam) buah lihat Lampiran 01.

d.Jumlah satuan pengamanan untuk wilayah Sampit yang sudah dikerahkan sampai saat ini sejak tanggal 18 Pebruari 2001 sebanyak 3.129 (tiga ribu seratus dua puluh sembilan) personil lihat Lampiran 03.

12. Tanggal 01 Maret 2001.
a. Kunjungan Wakil Presiden beserta rombongan dan pengarahan kepada Gubernur dan Muspida dalam rangka peninjauan ke Sampit dan Palangkaraya.

b. Menyampaikan pernyataan sikap oleh Forum Komunikasi Umat beragama Kabupaten KOTIM tentang jaminan keamanan untuk masyarakat Sampit yang dihadiri oleh Tokoh masyarakat dan tokoh agama ( Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu).

c.Menerima pengungsi di Palangkaraya sebanyak 174 orang

13. Tanggal 02 Maret 2001.
a.Memberangkatkan 6 dokter dari RSCM Jakarta dan 10 orang Kelompok Sukarelawan (KSRL) ke Sampit.

b.Pemberangkatan pengungsi dari Sampit dengan menggunakan KRI Teluk Bone sebanyak 3.019 orang dan KRI Teluk Saleh sebanyak 3.156 orang ke Surabaya.

c.Menyerahkan bantuan beras dari Wakil Presiden sebanyak 20 ton ke Sampit.

d.Rapat koordinasi yang dipimpin oleh Gubernur mengenai solusi penanganan pertikaian antar etnis oleh tokoh masyarakat dan dihadiri unsur Muspida Tk. I Propinsi Kalteng.

14. Tanggal 03 Maret 2001.
a. Pengiriman Aqua oleh pengurus Daerah PMI Propinsi Kalimantan Tengah sebanyak 9000 botol = 750 dos.

b.Pengiriman 100 kantong darah dan 100 kantong darah segar bantuan dari PMI Pusat ke Sampit.

c. Memberangkatkan Sekretaris Daerah, Kadit Sospol dan Wakil Ketua DPRD Kalimantan Tengah ke Surabaya dalam rangka pertemuan dengan Tokoh Madura dan Kapolri.




Help for vote, share, like, & comment, thank you
https://www.instagram.com/p/BY_GP2QjndV/

MISTERI GUA SILUMAN DI JOGJA

Goa siluman bukan hanya goa saja namun juga menjadi bekas pesanggrahan Sultan Hamengku Buwono II. Jika mengunjungi Goa Siluman maka anda akan menjumpai relief burung Beri meski sudah aga rusak karena usia, namun masih menyisakan bentuknya yang unik. Selain itu terdapat beberapa anak tangga untuk menuju lorong kemudian pintu lengkung,lalu pintu persegi, dan beberapa pintu sederhana. Pesanggrahan ini dilengkapi dengan ornamen-ornamen indah motif kain batik, dan terdapat kolam air.

Areal pesanggrahan mencakup wilayah kanan dan kiri jalan. Mungkin sedikit mengherankan, tapi itu benar. Apakah ada bagian bangunan yang terpotong dengan keberadaan jalan? Ternyata tidak. YogYES memastikannya dengan melihat bagian bangunan di kiri jalan yang merupakan pintu gerbang masuk pesanggrahan ini. Pintu itu bersambungan dengan lorong menuju areal bangunan yang berada di kanan jalan. Artinya, lorong yang menghubungkan kompleks di kanan dan kiri jalan itu berada di persis di bawah jalan raya menuju Berbah itu.

Gua Siluman tak berdiri sendiri karena di sekitarnya ada beberapa gua yang lainnya yakni Gua Bibijilan (717 meter), Gua Adni (635 m), Gua Nyangkut (390 m), Gua Kubang Lanay (302 m), Gua Tanpa Nama (400 m), Gua Landak, Gua Tahi, Gua Karsim, Gua Bisono, Gua Idin, Gua Gede, Gua Kole dan Gua Kecapi. 

Pada bangunan pintu gerbang itu, kami menjumpai relief burung Beri di bagian atasnya. Bentuknya yang unik masih dapat dilihat jelas meski beberapa bagian sudah mengalami kerusakan karena dimakan usia. Sementara pada bagian bawah pintu, terdapat beberapa anak tangga yang menghubungkan bagian luar dengan lorong. Bila masuk lebih ke dalam, akan dijumpai lagi sebuah pintu yang bagian atasnya berbentuk lengkung, mungkin berfungsi sebagai penanda sudah memasuki lorong.


Seperti banyak pesanggrahan pada masa awal Kraton Yogyakarta, Gua Siluman juga memiliki areal taman dan kolam. Saat ini, di areal taman itu ditanam beragam tanaman hias sehingga areal ini tampak hijau. Tanaman hias itu tumbuh di pinggir dua buah kolam segi empat yang juga merupakan bagian dari bangunan pesanggrahan. Bagian pinggir dan dasar kedua kolam itu sebenarnya terbuat dari plesteran yang cukup bagus, namun sayang tak bisa dilihat karena airnya tak begitu bening.

Berkeliling ke sisi barat daya, terdapat satu buah kolam air lagi yang berbentuk lingkaran. Kolam itu dihiasi dengan arca burung Beri dengan paruhnya yang menonjol. Bentuknya sangat unik, terutama karena paruhnya sekaligus berfungsi sebagai pancuran air. Kolam serupa sebenarnya juga terdapat di sebelah tenggara, namun arcanya sudah mengalami kerusakan dan kolamnya mulai terpendam tanah.

Hingga saat ini, beragam aktivitas kalangan Kraton selain semedi yang dilakukan di Pesanggrahan Gua Siluman belum bisa terjawab, termasuk siapa saja yang pernah bersemedi di tempat ini. Hal lain yang masih jadi misteri adalah nama bangunannya sendiri. Tembang macapat yang memuat pendirian bangunan ini mengatakan nama bangunan adalah Gua Seluman, namun papan nama yang ada di kompleks bangunan sekarang menyebut nama bangunannya Gua Siluman. 

Dahulu, banyak orang menganggap bangunan ini angker sehingga tak sembarangan orang bisa memasukinya. Namun kini anggapan itu sudah tak ada sebab beberapa orang bahkan menggunakan areal pesanggrahan untuk tempat ngobrol. Jadi, anda bisa mengunjungi salah satu situs bersejarah ini tanpa merasa takut.


MISTERI PLANET ZARMINA MENUNJANG KEIDUPAN

Planet Zarmina adalah nama dari planet 581g. Planet ini masih menjadi misteri karena planet baru itu sangat mirip dengan kondisi bumi. Mungkinkah ada kehidupan di planet Zarmina?

Planet Zarmina ini mirip dengan bumi. Ukurannya lebih besar, sekitar 20 hingga 50 persen lebih besar dari bumi. “Planet ini bisa menampung lebih banyak real estate daripada bumi,” kata Vogt setengah bercanda. Dengan ukuran sebesar itu, Zarmina tentu saja bisa mampu menampung lebih banyak mahluk hidup, termasuk manusia.

Bagaimana keadaan di sana? Zarmina ini memiliki massa 3 hingga 4 kali lebih besar dari massa bumi. Gravitasi di permukaannya juga lebih besar, sekitar 1 hingga 1,5 lebih besar dari gravitasi bumi. Artinya, kalau di bumi bobot Anda 70kg, maka di Zarmina akan melar hingga sekitar 100kg.

Kekuatan gravitasi yang lebih besar itu, membuat Zarmina mampu menahan lapisan atmosfer di permukaannya. Atmosfir memang sangat penting, terutama untuk menjaga tekanan air, agar tetap bisa berwujud cair.

“Dari data yang kami kumpulkan planet ini berada di jarak yang tepat untuk menemukan keberadaan air, dan massa planet ini juga tepat untuk keberadaan atmosfir,” kata Paul Butler, peneliti dari Carnegie Institution of Washington, yang membantu Vogt. Dengan posisi seperti itu, Zarmina mungkin saja bisa dihuni manusia.

Ahli Riset Astronomi Astrofisika dari LAPAN, Profesor Dr. Thomas Djamaludin, menegaskan bahwa setidaknya ada tiga syarat utama sebuah planet bisa dihuni. Yakni sumber panas (matahari), air dan kehidupan organik. Dari indikasi yang ditemukan para ahli, Planet Zarmina sudah memenuhi dua dari tiga syarat tadi.

Jarak Planet Zarmina dengan matahari ( Gliese 581) sekitar 0,15 satuan astronomi (SA). Dan 1 satuan SA setara dengan jarak bumi dengan matahari, atau sekitar 150 juta km.

Artinya, jarak Zarmina dengan mataharinya (Gliese 581) 7 kali lebih dekat daripada jarak bumi ke matahari. Bila bumi memiliki revolusi selama 364 hari, Zarmina hanya memerlukan 37 hari guna menuntaskan sekali putaran di orbitnya.

Karena Gliese 581 jauh lebih kecil dari ukuran matahari yang dikitari bumi, bintang itu tak akan sepanas matahari. Oleh karenanya, suhu rata-rata permukaan Zarmina, diperkirakan berkisar antara -31 hingga -12 derajat Celsius.

Namun temperatur aktual planet ini cukup ekstrim. Bisa sangat panas. Bisa pula sangat dingin. Menurut Vogt, di antara kawasan panas dan dingin, terdapat wilayah terminator.

Pada wilayah terminator yang dilewati garis khatulistiwa, suhunya terasa hangat, seperti di Meksiko atau Ekuador, di mana penghuni di sana masih cukup nyaman mengenakan kaus berlengan.

Di wilayah yang panas, angin akan bertiup dengan kecepatan 30-40 mil per jam. Sementara di tempat yang dingin, angin berhembus dengan kecepatan hingga 10 mil per jam.

Uniknya, lantaran letaknya cukup dekat dengan bintang induk, Zarmina sama sekali tidak melakukan rotasi seperti bumi. Untuk mempertahankan posisinya dari tarikan gravitasi matahari (Gliese 581), posisi Zarmina terkunci.

Permukaan yang menghadap matahari akan tetap mendapat cahaya dan panas, sementara permukaan sebelah belakang akan gelap dan dingin sepanjang masa. Oleh karenanya, di planet itu tidak ada siang dan malam. Bagian yang menghadapi matahari selalu siang dan bagian sebaliknya, malam selalu.

Sejak 11 Tahun Lalu

Penemuan ini adalah hasil jerih payah Steven Vogt dan timnya, yang mengawali penelitian yang disponsori National Science Foundation dan NASA, sejak 11 tahun lalu.

Vogt, adalah Profesor astronomi dan astrofisika yang telah melakukan observasi di berbagai riset UCSC dan University of California Observatories, sejak 1978. Vogt adalah orang yang mendesain spektrometer HIRES, yang digunakan untuk mengukur kecepatan radial sebuah bintang.

Menurut Kepala Observatorium Boscha Lembang, Hakim L Malasan, Vogt adalah salah satu tokoh pionir dalam penemuan planet yang layak huni, selain Prof Michel Mayor dan Didier Queloz yang pada 1995 menemukan planet ekstrasolar (planet-planet di luar tata surya) pertama, di sistem bintang 51 Pegasi.

Penemuan Zarmina sendiri disandarkan pada penelitian-penelitian di Observatorium WM Keck di Mauna Kea, Hawaii, yang dikombinasikan dengan data-data dari Observatorium Geneva Swiss, yang sebelumnya sudah menemukan empat planet Gliese lain.

Ini memang seperti berada di perbatasan antara fiksi dan kenyataan. Para peneliti sendiri tak pernah melihat langsung planet Zarmina melalui teleskop, karena teleskop hanya bisa melihat cahaya dari bintang induk Gliese 581.


Mereka hanya bisa menganalisa adanya planet-planet – termasuk Zarmina, dengan menggunakan spektrometer yang mampu mengukur kecepatan radial bintang Gliese 581.

Gaya tarik menarik antara bintang Gliese 581 dengan Zarmina, menyebabkan bintang induk mengalami pergerakan dan berputar pada orbit yang kecil. Dengan mengamati kecepatan radial itulah, kemudian planet Zarmina terdeteksi dan dapat diperkirakan massa dan orbitnya.

Penemuan Zarmina sendiri dicapai melalui perdebatan dan kompetisi yang cukup seru di kalangan para peneliti. Untuk mengumpulkan data-data, setiap tahun Tim Vogt hanya memiliki 15 hari untuk menggunakan teleskop, yang diantre oleh begitu banyak tim yang meriset berbagai obyek penelitian.

Tim Vogt sempat berkonflik dengan Observatorium Geneva, ketika mereka meminta data-data yang sangat penting. “Saya sempat mengatakan kepada pihak Swiss bahwa ini adalah kerja keras dan dan kita harus melewati tahapan di mana, ‘Data kami lebih sempurna dan data Anda tidak, dan seterusnya, dan seterusnya,’” kata Vogt.

Untungnya, Vogt berhasil meyakinkan pihak Swiss untuk membagi data-data guna menuntaskan risetnya. “Saling membantu satu sama lain, adalah cara terbaik untuk menemukan kebenaran,” ujarnya.

Planet Habitable Selanjutnya

Penemuan Vogt itu disanjung para ilmuwan ternama. Salah satunya adalah Sara Seager, pakar Eksoplanet (planet-planet di luar tata surya) dari MIT. “Penemuan ini sangat incremental dan monumental,” kata Sara.

Menurutnya, riset-riset yang dilakukannya telah menemukan beberapa planet yang lebih kecil dan letaknya dekat dengan zona yang bisa ditinggali manusia (habitable zone). Tapi, dia melanjutkan, “Ini adalah planet yang benar-benar berada di habitable zone.”

Disanjung begitu rupa, Vogt dan Butler tetap merendah. Penemuan ini, kata Vogt, bukanlah puncak dari pencapaian astronomi. Zarmina, katanya, cuma pemicu awal yang akan membawa ke berbagai penemuan planet-planet Goldilock berikutnya.

“Planet ini begitu dekat, dan kami menemukannya dengan cukup singkat. Boleh jadi, kami akan menemukan yang seperti ini lagi,” kata Vogt.

Di luar Zarmina, diperkirakan masih ada lebih dari 400 planet ekstrasolar yang menunggu ditemukan. Namun, seperti kata Profesor Thomas Djamaluddin, penemuan planet-planet habitable saat ini lebih pada tujuan penemuan terhadap kemungkinan adanya kehidupan mahluk cerdas lain selain manusia.

Sementara untuk tujuan untuk membangun koloni manusia di planet tersebut, masih belum terpikirkan. “Itu masih lebih mirip dengan cerita science fiction,” kata Djamaluddin. Sebab, untuk mencapai planet Zarmina yang jauhnya sekitar 20 tahun cahaya (sekitar 200 triliun km), butuh waktu yang sangat lama.

Menurut Vogt, sebuah pesawat luar angkasa berkecepatan sepersepuluh kecepatan cahaya (kecepatan cahaya adalah 300 ribu km per detik), baru akan membawa manusia sampai ke planet itu dalam waktu 220 tahun.



Meskipun planet zarmina ini memungkinkan untuk dihuni oleh mahluk hidup namun planet ini akan tetap menjadi misteri karena jaraknya yang sangat jauh.

MISTERI MUMI

Semua orang pasti tahu mumi. Anak kecil sekalipun pasti bergidik dan menutup telinga kala mendengar nama itu disebutkan. Jelas sudah bahwa dalam film-film thriller sekelas Resident Evil besutan sutradara sekaligus produser Paul Anderson yang mempertontonkan mayat-mayat hidup sebagai pemeran utama yang berjalan oleng di perempatan jalan, berjingkat-jingkat di lorong-lorong nan gelap yang tak tersentuh cahaya matahari, menyeret-nyeret tubuhnya yang sudah terkoyak karena tertebas parang, membuat keberadaan mereka di dunia sering diidentikkan sebagai pembawa bencana, kegelapan, teror, wabah penyakit, dan lain-lain. Bahkan di Mesir sekalipun yang telah menjadi sejarah awal mula pembentukan, sang mumi dikenal sebagai pembawa kehancuran di dunia.

Di Mesir, tubuh raja yang telah mangkat, salah satu contohnya adalah raja Tuntankhamun, tidak serta merta dikubur di dalam tanah sebagaimana yang dilakukan dalam prosesi penguburan di Indonesia, ataupun dibakar di atas susunan tumpukan kayu seperti yang diyakini oleh kepercayaan umat Hindu. Pada zaman Mesir kuno, mayat raja akan diawetkan. Tindakan itu dikarenakan untuk menjaga bentuk awal tubuh tersebut hingga beratus-ratus tahun lamanya. Dan juga orang-orang mesir kuno percaya bahwa badan adalah tempat Ka—seseorang yang sangat penting dalam masa setelah hidup.

Rongga perut mayat yang akan dijadikan mumi akan dibuka dan isinya dikeluarkan: jantung, hati, paru-paru, dan usus dimasukkan dalam guci. Mereka percaya mumi membutuhkan organ itu pada kehidupan selanjutnya. Karena fungsi otak saat itu belum diketahui, organ terpenting tersebut dibuang dengan melubangi tengkorak lewat hidung. Mayat yang telah kosong itu akan dilapisi natron—sejenis mineral garam higroskopis untuk mempercepat proses dehidrasi sekaligus mencegah pembusukan. Selanjutnya, mayat dibungkus gulungan pita linen yang amat kuat untuk membantu mumifikasi. Setelah proses pembungkusan dan pembalsaman mumi itu telah selesai dilakukan lalu mumi tersebut akan dimasukkan ke dalam piramid, yang dimaksudkan agar mumi yang sudah dibalsam tersebut, terhindar dari proses dekoposisi oleh para mikroorganisme dekomposer, menjaga agar mumi tersebut kering, dingin karena ketiadaan oksigen.

Namun apakah ada riset ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuan untuk menguak misteri pengawetan mumi tersebut. Salah satu riset yang katanya menguak misteri itu telah dilakukan sebuah lembaga riset pertanian Amerika. Riset tersebut menggunakan beberapa ekor ayam sebagai kelinci percobaan. Ayam-ayam tersebut dimasukan ke dalam dua ruangan yang terkontaminasi bakteri pembusuk. Ruangan pertama diberi ion negatif sedangkan ruangan kedua tidak. Setelah menunggu beberapa waktu, riset pun menunjukkan hasilnya. Kondisi ayam di ruang yang diberi ion negatif tetap sehat. Sementara itu kondisi ayam di ruangan kedua telah menemui ajal.

Setelah diteliti lebih mendalam penyebab tidak matinya ayam di ruangan pertama ialah ion negatif. Ion negatif merupakan ion yang tidak stabil atau ion yang elektron bebasnya terlepas. Akibatnya, ion tersebut selalu mencari pasangan agar tetap stabil. Prinsip kestabilan ion inilah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Mesir untuk mengawetkan mumi. Ruangan tempat mumi bersemayam ternyata penuh dengan ion negatif. Ion negatif yang mengisi peti mumi itu berikatan dengan bakteri yang berada di dalam ruangan maupun di dalam peti. Ikatan yang terbentuk membunuh sekaligus menghentikan aktivitas bakteri. Menakjubkan, ternyata pengetahuan kita masa kini telah dimiliki ribuan tahun lalu oleh masyarakat Mesir.

Kemudian baru-baru ini juga terkuak sebuah rahasia yang begitu mengesankan mengenai sebuah mumi yang terdapat di kota Palermo, Italia. Mayat Rosalia Lombardo, seorang anak perempuan Sisilia berusia dua tahun yang meninggal pada 1920, masih terlihat tetap segar. Mumi Rosalia ini dikenal dengan sebutan “Sleeping Beauty” disimpan aman dalam kotak kaca.


Dario Piombino-Mascali, seorang ahli antropologi biologi dari Institute for Mummies and the Iceman telah berhasil mengungkap rahasia racikan ramuan yang dipakai untuk mengawetkan mayat si gadis “Sleeping Beauty” itu. Dari catatan tangan yang dibuat oleh Alfredo Salafia—seorang taksidermis atau ahli pembuat awetan yang tewas tahun 1933, terungkap bahwa Salafia menyuntikkan zat-zat kimia ke tubuh Rosalia berupa formalin, alkohol, asam salisilat, gliserol, dan garam seng.

Kita tahu bahwa saat ini formalin adalah zat kimia yang paling umum digunakan untuk mengawetkan mayat. Campuran formalin dapat membunuh semua bakteri pembusuk daging. Sementara alkohol, di daerah yang kering digunakan untuk mempertahankan mayat agar tetap kering, awet terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Gliserol, seperti minyak, akan mencegah tubuh terlalu kering, sedangkan asam salisilat mencegah tumbuhnya jamur yang tentunya akan menjadi organisme dekomposer. Namun kunci dari itu semua terletak pada garam seng. Menurut Melissa Johnsons Williams, Direktur Eksekutif American Society of Embalmers, seng tidak digunakan dalam proses pengawetan di AS. Dia mengatakan.

“Seng membuatnya kaku. Anda dapat mengangkatnya dari peti dan membiarkannya berdiri,” jelas Williams.

Di Cina, pengawetan mayat dilakukan dengan merendam peti mati dari kayu cemara yang dipadati dengan tumbuhan obat.

Pada pertengahan Mei tahun 2006, tim arkeologi mengumumkan penemuan mumi perempuan bertato dari peradaban Moche di Peru. Mumi yang diperkirakan berasal dari tahun 450 itu adalah mumi dengan kondisi terbaik yang pernah ditemukan karena kulitnya masih utuh untuk memamerkan tatonya. Ketika ditemukan, mumi perempuan elite Peru iti juga terbungkus dengan ratusan meter kain katun. Mumi yang dinamai Lady of Cao karena ditemukan di piramida Huaca Cao Viejo. Mumi tersebut diawetkan dengan menggunakan zat merkuri sulfida untuk memusnahkan mikroorganisme dan membantu pengawetan.


Di indonesia juga terdapat sebuah mumi yang konon telah berusia sekitar 400 tahun. Nama mumi itu adalah Mimindo Mabel, merupakan bekas kepala suku Mabel yang terletak di Kampung Sumpaima, Wamena, Papua. Arti nama Mimindo Mabel menurut suku Mabel tersebut adalah suka berperang. Banyak masyarakat Wamena yang mengatakan bahwa, jika orang dari luar Papua pergi ke Wamena tapi belum mampir ke Kampung Sumpaima, dianggap belum ke Wamena.

Pada intinya, untuk mengawetkan mayat menjadi mumi dibutuhkan tempat yang kering, dingin, sedikit oksigen, serta bantuan zat-zat kimia atau ramuan tertentu yang dapat menghidarkan tubuh tersebut dari proses terjadinya dekomposisi.

MISTERI KEHIDUPAN DI LUAR BUMI

Dunia Barat telah lama mengendus kemungkinan adanya planet lain yang memiliki syarat kehidupan di luar sistem tata surya matahari atau eksoplanet. Harapan itu kian terbuka setelah peneliti Barat menemukan sejumlah catatan penting tentang keberadaan planet yang menyerupai bumi. Tercatat tahun 1995, planet pertama yang menyerupai bumi berhasil teridentifikasi. Sayangnya, kebanyakan dari planet-planet yang ditemukan terlalu besar atau terlalu kecil, atau terlalu panas dan terlalu dingin.

Selama ini, peneliti menggunakan tiga patokan untuk merekomendasikan planet tersebut mirip dengan bumi. Patokan pertama, peneliti memperhitungkan garis edar planet tersebut dengan pusat tata surya.

Garis edar tersebut memungkinkan peneliti mengetahui berat massa planet dan eksistensi planet tersebut. Patokan kedua, peneliti memperhitungkan posisi planet ketika berada di titik terdekat dengan matahari. Patokan ini yang akan menentukan apakah planet tersebut terbilang panas atau dingin. Patokan terakhir, peneliti menganalisis bagaimana cahaya dari satu bintang dibelokan karena perjalanan sekitar planet yang mengorbit bintang lain yang lebih dekat ke bumi.

Astronom Barat sempat pula menemukan planet yang teridentifikasi berada di kawasan sabuk Goldilocks. Planet berkode Gliese 58Ig menurut analisis peneliti nyaris mirip dengan bumi. Suhu udara di planet itu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Peneliti juga menemukan adanya kandungan air di planet tersebut. Sayangnya, eksistensi keberadaan planet itu dipertanyaakan astronom lain.

Belum lagi nada pesimistis peneliti lainnya yang mempertanyakan jarak tempuh yang harus dilalui manusia guna mencapai planet tersebut. Keraguan itu memang logis mengingat jarak yang harus ditempuh manusia di bumi menuju planet yang dituju berkisar jutaan tahun cahaya. Dengan dasar seperti itu, apakah manusia mampu bertahan hidup dengan jarak yang super jauh itu.